
Pemerintah kota Solok dalam hal ini melalui Dinas Pendidikan bekerjasama dengan Departemen Agama kota Solok menggulirkan program Mabit (Malam Bina Iman dan Taqwa) untuk pelajar SLTP dan SLTA se-Kota Solok. Program yang dilaksanakan setiap hari selasa malam dari maghrib sampai selesai isya untuk pelajar SLTP, sedangkan hari rabu pada waktu yang sama untuk pelajar SLTA.
Secara umum program mabit ini sungguhnya sangat positif dalam upaya menanamkan nilai-nilai agama kepada pelajar sejak dini. Program ini diharapkan sebagai upaya penangkal akan dampak globalisasi yang berefek kepada kenakalan remaja, pergaulan bebas dikalangan pelajar, narkotika, hilangnya orientasi diri, pornografi dan sebagainya.
Namun, sejauh perjalanan mabit yang sudah bergulir belumlah berjalan secara optimal, masih banyak kekurangan disana-sini yang harus menjadi bahan evaluasi dan perhatian pihak pengelola. Diantara yang bisa kita perhatikan dilapangan adalah:
Pertama, seringnya penceramah (ustadz) yang sudah ditunjuk untuk mengisi mabit tidak datang. Hal ini berdampak kegiatan mabit akan terkendala, anak akan meribut dan kesulitannya mencari penceramah pengganti dalam waktu yang singkat.
Kedua, kurangnya kontrol dari guru pembimbing, bahkan guru pembimbing pun tidak hadir di masjid, atau kalaupun hadir setelah sholat maghrib selesai. Padahal seharusnya guru pendamping ikut bersama-sama siswa sholat maghrib berjamaah di masjid.
Ketiga, dari sisi siswa itu sendiri, akibat dua hal diatas menjadi kurang terkontrol, mereka mengikuti mabit hanya untuk sekedar absensi, setelah itu mereka keluar masjid dan nanti datang lagi untuk minta tanda tangan penceramah. Bahkan tidak jarang ajang mabit dijadikan ajang untuk pacaran bagi siswa-siswi yang dapat kesempatan keluar malam.
Keempat, kurang seriusnya pihak pengelola, dalam hal ini terlihat dari tiga faktor diatas. Hal yang sangat penting saya lihat adalah niat dan tujuan dalam pelaksanaan program ini, apakah program mabit ini dilihat sebagai proyek 'dunia' ansich, atau juga dilihat sebagai proyek 'akhirat'. Jelas ini akan berdampak kepada proses pelaksaan mabit itu sendiri.
Barangkali itu sedikit catatan saya dalam kapasitas orang yang selalu mengamati dan mengikuti mabit setiap pekannya. Mudah2an ini menjadi perhatian pihak pengelola mabit itu sendiri. Wallahu'alam bissowab
0 Response to "Quo Vadis Pelaksanaan Mabit Pelajar di Kota Solok"
Posting Komentar