Hari Ibu, Momentum Pembaharuan Cinta Untuk Orang Tua

Besok tanggal 22 Desember 2013, yang terkenal sebagai hari Ibu. Hm… ada sebuah kisah nyata yang ibuku ceritakan kepadaku, yang membuatku terharu bahkan meneteskan air mata mendengarnya, kisah tentang aku dan adik-adikku, saat aku serta adik-adikku masih dalam kandungan ibuku. Saat awal kehamilan ibuku, setiap kali ibu telat datang bulan ibuku berpuasa satu hari, setiap kali bertambahnya usia kandungan ibuku juga berpuasa satu hari. Saat aku serta adik-adikku lahir kedunia satu persatu. Setelah habis masa nifas ibu dan ayahku berpuasa selama 15 hari sebagai rasa syukur atas kelahiran kami ke dunia, serta berharap dan berdoa agar kami anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholeha, kebanggaan bagi orang tua, keluarga, umat dan bangsa, amin.

Sahabatku semua… hari ibu jatuh pada tanggal 22 Desember, namun sejatinya hari ibu bukanlah diperingati setiap tanggal 22 Desember, tapi bagi saya hari ibu diperingati setiap saat, setiap detik, setiap menit, oleh kita anak-anaknya. Sahabatku semua… banyak keutamaan yang didapatkan oleh seorang anak bila ia berbakti untuk orang tua. Banyak hadist dan ayat didalam Al-Qur’an yang menjelaskannya.

Salah satunya Hadist Rasullullah SAW “Dari Ibnu Mas’ud Radiallahhu ‘Anhu berkata: “Aku bertanya kepada Rasullullah SAW: Wahai Rasullulah Amalan apa yang paling mulia?, Beliau bersabda : Sholat pada Waktunya, aku berkata “Kemudia apa lagi ya Rasullullah ?, Beliau bersabda “berbakti kepada orang tua” , aku berkata lagi, “kemudian ya Rasullah..??” Beliau bersabda : “Jihad di Jalan Allah” (HR Muttafaqun ‘alaih), “Siapa yang ingin dipanjangkan usia dan dilapangkan rezekinya hendaklah ia memuliakan orang tuanya” (HR.Ahmad), “Kerhidaan Allah tergantung pada kerhidaan orang tua” (HR Al-Hakim)

Dan dalam Al-qur’an banyak disebutkan tentang ayat-ayat untuk berbakti kepada orang tua, kurang lebih disebutkan sebanyak 13 kali yang secara jelas diterangkan dalam Al-qur’an. Seperti : Surah Al-Baqarah ayat 83, 180, dan 215, surah Annisa ayat 36, surah Al-An-am ayat 151, surah Al-Isra’ ayat 23 dan 24, surah Al-Ahqaf ayat 15, surah Al-Ankabut ayat 8, surah Luqman ayat 14 dan 15, surah Ibrahim ayat 41, surah An-Naml ayat 10, dan surah Nuh ayat 28. Diantaranya adalah : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak…”(An-Nisa 36), “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (Al-Isra’ : 23), “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu, Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (Luqman : 14-15) begitulah hadist dan ayat yang memerintahkan kita untuk berbakti kepada orang tua.

Sahabatku.. terkadang kita sibuk mencari surga di luar orang tua kita, kita sibuk bersedekah, kita sibuk beribadah, kita sibuk berdakwah, kita sibuk berjihad. Namun terkadang kita lupa dan melalaikan kewajiban kita sebagai seorang anak yakni berbakti kepada orang tua. Ibarat kata seorang penambang emas keluar rumah untuk mencari emas ke seluruh penjuru dunia, namun emas itu sangat susah didapatkan, bahkan sedikit yang didapat, sedangkan tambang emas yang sangat banyak ada didalam rumahnya sendiri tambang emas itulah yang diibaratkan orang tua. Begitulah orang tua, sesholeh apapun kita, sehebat apapun kita, sekaya apapun kita, kalau hubungan dan bakti kita kepada orang tua masih kurang, bahkan kita cenderung melalaikan atau durhaka kepada orang tua, maka hasilnya KOSONG tidak berarti apa-apa. Rasullullah pernah ditanya tentang peranan orang tua bagi seseorang beliau bersabda “Orang tua adalah penyebab surge atau nerakamu” (HR Ibnu Majah)

Dalam sebuah riwayat diceritakan seorang laki-laki datang menemui Rasullullah SAW dengan semangat untuk berjihad. Ia pun lansung menyatakan keinginannya kepada Rasullullah SAW untuk berjihad. Rasullullah bersabda : “Apakah engkau masih memiliki orang tua?” laki-laki itu menjawab : “masih ya Rasullullah” Rasullullah menjawab : “Kalau begitu berjihadlah untuk kedua orang tuamu” (HR Mutafaq ‘alaih).
Dalam sebuah riwayat Ibnu Umar ra, pernah ada seorang laki-laki datang menemui Rasullullah SAW dan berkata : “Wahai Rasullullah, aku berbaiat kepada engkau untuk berhijrah, aku meninggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis” mendengar demikian, Rasullullah bersabda : “Kembalilah kepada mereka, dan berusahalah membuat mereka tersenyum, sebagaimana engkau telah membuat mereka menangis “ (HR Abu Daud)

Sahabatku semua… kalau kita melihat sejarah panjang para orang sukses hari ini, kalau kita melihat kesuksesan para ulama dalam berdakwah, maka kita akan temukan bagaimana mereka menjaga hubungan baik mereka dengan orang tua mereka, menjaga cinta mereka kepada orang tua mereka, mereka tidak berani menyepelekan ibu mereka. Imam Abu Hanifah misalnya, Dalam sebuah kesempatan Imam Abu Hanifah ra dengan penuh rasa hormat pernah mengendong ibunya naik keatas seekor keledai untuk menuju majelis Umar bin Dzar. Hal itu dilakukan , karena ibunya ingin menanyakan sesuatu kepada Umar bin Dzar. Imam Abu Hanifah tidak ingin menolak keinginan ibunya, meskipun ilmu Umar bin Dzar jauh dibawahnya, dan hal yang ibunya tanyakan kepada Umar bin Dzar sangat mampu dijawab oleh Imam Abu Hanifah sendiri. Begitulah Imam Abu Hanifah memperlakukan ibunya sendiri.

Kisah seorang Bayazid : (dikutip dari buku karangan Ahmad Al-Habsyi “Ada surga dirumahmu, 7 keajaiban orang tua”)
Bayazid adalah anak semata wayang seorang janda miskin, ia satu-satunya nafas kehidupan bagi ibunya. Suatu ketika Bayazid membaca Al-Qur’an dan saat sampai di surah Luqman ayat 14, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” ia mengulang-ulang bacaan tersebut serta merenungkannya. Tak lama kemudian ia menutup Mushafnya dan bergegas pamit izin untuk pulang. Kepulang Bayazid mengenjutkan ibunya.
“Ada apa denganmu Nak? Kamu tidak sekolah di madrasaha hari ini?” Tanya ibu bayazid. “Tidak bu, aku mendadak pulang karena aku baru saja membaca ayat al-Qur’an, “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada orang tuamu”, ayat ini membuatku sangat gelisah, kekuatanku juga tiba-tiba menghilang. Bagaimana aku bisa berbakti kepada kedua objek sekaligus dengan segala kelemahanku ini? Mengabdi kepada ibu, atau mengabdi kepada Allah, bagiku sama saja “ tutur Bayazid kepada ibunya.
Ibu Bayazid sangat terharu mendengar pernyataan anaknya, dengan dekapan kasih sayang sang ibu berkata : “Anakku, aku telah menyerahkan dirimu untuk mengabdi kepada Allah dan aku melepaskan semua hak-hakku atas dirimu. Kamu taat kepada Allah tentu ibu rhida, dan kamu taat kepada ibu, pasti Allah rhida, karena demikian Dia perintahkan.”
Betapa gembiranya hati Bayazid mendengar pernyataan ibunya, perasaan galau yang ia pikirkan pun berbuah ketenangan, ia tak lagi bingung memilih mengabdi kepada Allah atau mengabdi kepada ibunya.
Waktu terus berputar, Bayazid tengah sukses dengan berbagai cabang ilmu, dengan memohon doa dan rhida orang tuanya, Bayazid meneruskan studinya ke Baghdad selama beberapa tahun. Pengambaraannya masih belum puas setelah beberapa tahun Bayazid meninggal irak untuk meneruskan perjalanan untuk mencari ilmua agama. Selama tiga puluh tahun Bayazid mencari ilmu, ia diminta Imam Ja’far Ash-Shadiq, guru agamanya untuk pulang menemui ibunya, “Sekarang tiba saatnya kamu mengabdi kepada ibumu”
Seruan gurunya itu disambut oleh Bayazid. Ia pun pulang menuju rumah ibunya. Bayazid menyelinap masuk ke kampung halamannya tanpa di damping oleh siapapun. Saat itu, popularitas keshalehan dan keilmuan Bayazid sudah tersebar luas, karenanya jika orang-orang tahu kepulangan Bayazid, maka ia akan menjadi pusat perhatian. Sebelum mengetut pintu rumahnya, Bayazid mendengan suara ibunya yang sedang berdoa : “Ya Allah… yang maha Kuasa, aku telah mengabdikan diriku dijalan-Mu, kepada-Mu jugalah aku bermohon agar Engkau mencintai anakku dan memperhatikan kesejahteraannya”
Tak terasa butiran-butiran air mata mengalir deras dipelupuk mata Bayazid, hingga isk tangisnya terdengar oleh ibunya.
“Apakah kamu sudah pulang, nak??” tutur ibunda Bayazid dengan lembut.
“Iya ibu, ini aku Bayazid sudah pulang” jawab bayazid parau. Ketika pintu dibuka Bayazid segera bersujud tersimpuh dihadapan ibunya. Sang ibu mendekap Bayazid penuh kerinduan lalu mengelus lembut anaknya.
“Aku sangat mendambakan dapat melihat wajahmu lagi, tetapi kamu terlambat pulang. Sayangku, aku sudah tidak bias melihat lagi” tutur ibu Bayazid dengan haru. Keduanya mata ibu Bayazid mengalami gangguan, hingga tidak dapat melihat lagi. Sejak kepulangannya itu, Bayazid mengkhimatkan diri untuk berbakti kepada ibunya. Bahkan ketika ibunya telah wafat ia tak pernah meninggalkan rumahnya lagi.
Keberhasilan Bayazid dalam mencari ilmu membuktikan pada dunia berapa pentingya kerhidaan orang tua, doanya bagaikan air yang senantiasa mengalir sepanjang hidupnya. (Tadkiratul, dikutip dari Mokh. Syaiful Bahkri. Ada Sungar di Bawah telapak kaki ibu)

Subhanllah sahabat semua, begitulah para ulama memperlakukan orang tuanya dengan sebaik-baiknya, para ulama paham betul arti penting sebuah pengabdian kepada orang tua. Wajar memang kalau sampai hari ini nama mereka dikenang karena kegigihan mereka dalam bidang keilmuan dan kecintaan mereka kepada orang tua mereka. Dan masih banyak lagi kisah-kisah para ulama tentang pengabdian mereka kepada orang tua mereka. Terus Bagaimana dengan kita? Sudah sejauh mana pengabdian kita? Sudah sejauh mana pengorbanan kita untuk orang tua kita? yang telah melahirkan dan membesarkan kita. Sahabat semua tentu kita tidak lupa bukan dengan salah seorang sahabat Rasullullah yang tidak bisa mengucapkan kalimat syahadat karena kedurhakaannya kepada ibunya. Sahabat Rasul ini tidak pernah absen dari perang jihad bersama Rasullullah, tidak pernah meninggalkan sholat berjamaah, namun di akhir hayatnya, beliau kesulitan mengucapkan kalimat syahadat karena ia durhaka kepada ibunya, ia lebih mementingkan istrinya dari pada ibunya.

Sahabat semua… maka dari itu melalui momen Hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 desember, mari kita sama-sama introspeksi diri kita, berbenah diri, sejauh mana pengorbanan kita untuk orang tua kita? sudah sejauh mana ketulusan kita mencintai Ayah ibu kita?. mari kembali kita ingat jasa-jasa mereka, pengorbanan mereka, cinta mereka, untuk kita semua. Mari kita buat Ayah dan Ibu kita bangga memiliki anak seperti kita, bangga dengan kesholeh/sholehan kita, agar kelak di Yaumil Akhir nanti orang tua kita dapat membanggakan kita di hadapan Allah, karena mereka telah melahirkan, mendidik, anak-anak yang sholeh dan sholeha seperti kita semua.

Sahabat semua, mari sejenak kita mengenang masa lalu yang indah, mari mengenang pengorbanan sosok seorang ayah yang berjihad mencari nafkah, mari mengenang sosok seorang ibu yang telah mengandung kita selama 9 bulan, melahirkan dan menyusui kita, karena tanpa mereka kita tidak seperti ini, mari kita doakan mereka agar Allah selalu melimpahkan Rahmad dan kasih sayang-Nya kepada orang tua kita, kalaupun hari ini orang tua kita, baik Ayah atau Ibu sudah di panggil-Nya, mari kita kirimkan doa terindah dalam sujud kita agar Allah memberikan kelapangan dan kemudahan bagi beliau di dalam kuburnya.

Sahabat semua, demikianlah tulisan saya ini, mohon maaf bila terdapat kekuranagn dalam tulisan ini. Semoga kita semua tergolong anak-anak yang sholeh/sholeha menjadi kebanggaan bagi orang tua kita, yang senantiasa mendoakannya, dan dijauhkan oleh Allah dari sifat-sifat yang melalaikan apa lagi menyakiti orang tua, “Ya…Allah, Rahmati kami, Rahmati kedua orang tua kami, jauhkan kami dari sifat kedurhakaan kepada orang tua, izinkan kami kelak membahagiakan orang tua kami, amin…”

Di akhir tulisan saya ini, saya ingin katakan untuk kedua orang tua saya
“Papi dan mamiku tercinta… orang boleh berkata apa tentang diriku, orang boleh menganggap siapa diriku, tapi bagiku, aku tetaplah anak kecilmu yang dulu kau sayangi, yang masih butuh bimbinganmu, serta belaian kasih sayangmu”

Selamat Hari Ibu…!!! Sejuta cinta, sejuta rasa, sejuta impian, bersama ibu….
Sumber: https://www.facebook.com/khadafi.semangat/posts/707192269300109

0 Response to "Hari Ibu, Momentum Pembaharuan Cinta Untuk Orang Tua"