Ikhwah
Fillah…
Amal
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari iman. Imam Hasan Al Bashri
menegaskan bahwa iman bukanlah angan-angan dan harapan hampa, akan tetapi ia
adalah keyakinan yang mantap dalam hati dan dibuktikan dengan amal yang nyata.
Bagi para aktivis da’wah amal islami adalah bukti intima (komitmen) pada
da’wah, jamaah dan harokah. Tidak ada tempat di dalam jama’ah da’wah ini bagi
orang-orang yang hanya ingin diakui sebagai orang-orang yang hanya ingin diakui
sebagai anggota secara legal formal, apalagi bagi mereka yang sepi beraktivitas
(baca:menganggur) bahkan hanya membebani jama’ah.
Ikhwah
Fillah…
Kita
seharusnya datang ke jama’ah ini untuk memberi dan bukan untuk meminta, sudah
semestinya kita mengurangi beban dan bukan menjadi beban dan bahkan menjadi
kewajiban kita memberikan seluruh potensi yang kita miliki untuk da’wah dan
bukan mencari keuntungan dari da’wah. Ingatlah, sesungguhnya orientasi kita
dalam jama’ah ini adalah orientasi amal dan hanya amallah yang dapat mengangkat
derajat kita serta membuat Allah mengakui kita sebagai aktivis da’wah. Allah
berfirman: “Dan berbuatlah kamu, maka Allah dan Rasul dan orang-orang yang
beriman akan melihat amal kalian, dan kalian akan dikembalikan kepada Allah
yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata.” (At-Taubah:105)
Ikhwah
Fillah…
Ketahuilah,
kewajiban dan tanggung jawab yang harus kita emban ternyata lebih banyak dari
waktu yang tersedia dan lebih besar dari potensi yang kita miliki. Oleh
karenanya jangan sampai ada di antara kita yang hanya duduk, terpaku, dan
berdiam diri di dalam jama’ah ini karena jama’ah ini bukanlah jama’ah tanpa
kerja (baca:pengangguran). Bila hal itu terjadi, maka ia akan membawa dampak
negative kapada jama’ah, sebagai contoh munculnya suasana dan iklim yang tidak
sehat, yaitu iklim ghibah dan namimah di antara kader yang dapat menghambat
perjalanan harokah dan meruntuhkan bangunan jama’ah. Tidakkah kita menyadari
bawah Rasul melarang kita dari dua hal, yaitu: (1)membicarakan sesuatu yang
tidak ada manfaatnya (qilla wa qoola=katanya… dan katanya…) (2)menyia-nyaiakan
2 harta (idlo’atul maal). Termasuk prinsip ke-9 dari ushul Isyrin yang
menegaskan bahwa setiap masalah yang tidak berorientasi pada amal, maka
membicarakannya adalah sesuatu yang memberatkan diri dan dilarang syari’at.
Ikhwah
Fillah…
Sekarang
saatnya kita memperbanyak aktivitas dan meningkatkan produktivitas dan tidak
ada waktu bagi kita untuk banyak berbicara terlebih berbicara tentang sesuatu
yang tidak berguna mengingat masih banyak lahan da’wah yang masih belum
tergarap. Betapa banyak lahan da’wah yang menjadi tanggung jawab kita di
kalangan buruh, pedagang, petani, nelayan, professional, ibu rumah tangga,
remaja, anak jalanan, dll. Sungguh naïf jika ada di antara kita yang tidak
memiliki aktivitas, kesibukan atau “pekerjaan” di dalam jama’ah ini. Sungguh,
Asy-syahid Imam Hasan Al-banna pada masa hidupnya pernah berkata bahwa kita
harus bekerja lebih banyak untuk umat daripada untuk diri kita sendiri.
Ikhwah
Fillah…
Ladang
da’wah begitu banyak terbuka luas di depan kita. Siapa yang akan memulai
menggarapnya? Tentu saja dibutuhkan kader-kader yang berinisiatif, kreatif dan
produktif yang motivasinya karena allah dan berorientasi kepada ridlo Allah.
Lupakah kita bahwa Rasul pernah bersabda bahwa: “Barang siapa yang berinisiatif
mengerjakan amal kebaikan lalu diikuti oleh orang lain maka baginya pahala atas
perbuatannya itu dan pahala dari orang-orang yang mengerjakan setelahnya tanpa
mengurangi pahala mereka sedikitpun… “(HR.Bukhari)
Ikhwah
Fillah…
Indikasi
bahwa kegiatan dan proses tarbiyah yang kita selenggarakan telah berjalan cukup
baik (efektif) adalah jika para kader/peserta tarbiyah dapat mengaktualisasikan
dirinya sebagai syakhsiyyah Islamiyah dan da’iyah di tengah
masyarakatnya. Kehadiran, partisipasi, peran dan kontribusinya dapat dirasakan
oleh orang banyak. Sebagaimana ditegaskan oleh Rasul SAW bahwa “orang
yang paling baik adalah orang yang paling banyak kebaikannya di masyarakat
(HR.Tirmidzi)
Rasulullah
menggambarkan bahwa profil seorang mukmin adalah seperti lebah, yaitu hanya
mengambil yang baik dan memberi yang baik (HR.Ahmad). Bila ia hinggap
di suatu tempat maka ia akan mengambil yang terbaik dari tempat itu yaitu madu
tanpa merusak atau mematakan ranting tempat ia berpijak. Bahkan lebah membantu bunga-bunga
tersebut melakukan proses penyerbukan. Dan ketika ia meninggalkan tempat itu
untuk mencari tempat yang lain, maka ia meninggalkan sesuatu yang terbaik pula
yaitu madu serta meninggalkan kenangan manis kepada lingkungan yang pernah ia
hinggapi. Dan begitu seterusnya, ikhwah, jadilah seperti lebah yang selalu
mencari unsur-unsur kebaikan dan memberikan buah kebaikan. Benih-benih kebaikan
itu tak akan terjadi manakala kita tidak giat melakukan amal da’wi di
masyarakat.
Ikhwah
Fillah…
Sesungguhnya
amal adalah buah dari ilmu da keikhlasan. Ilmu yang kita peroleh di dalam
halaqah, tatsqif dan ta’lim harus berdampak posiif pada kehidupan sehari-hari
di lingkungan tempat kita beraktivitas. Kita tidak boleh merasa puas dengan
kegiatan tarbawi, tatsqifi, dan tandzimi yang tidak ditransformasikan kepada
masyarakat. Kita tidak bikeg menganggap cukup dengan aktivitas tarbawi yang
bersifat internal tanpa mengembangkannyya dalam bentuk amal da’wi dan kegiatan
sosial karea konsep tarbiyah yang kita anut adalah memadukan tarbiyah
nukhbawiyah (pembinaan kader ke dalam) dan tarbiyah jamahiriyah (rekrut
massa yang bersifat terbuka dan massif)
Ikhwah
Fillah…
Jadilah
pekerja da’wah yang berperan aktif dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan
oleh jamaah ini dalam rangka mensukseskan pemenangan
dakwah. Janganlah kita menjadi
penonton dalam persaingan dan pertarunan da’wah yang hanya bisa tertawa,
bergembira, bersorak-sorai, bertepuk tangan dan bersiul menyaksikan pemain yang
bertarung untuk merebut kemenangan di medan pertempuran atau kadang kala
berkomentar negatif jika pemain melakukan kesalahan.
Ikhwah
Fillah…
Kita
tidak mengenal istilah pengamat da’wah dalan kamus da’wah kita karena yang
ada hanyalah aktivis da’wah dan praktisi harakah. Oleh karena itu
tidak boleh di antara kita yang menjadi pengamat da’wah api hendaklah menjadi
aktivis dan praktisi harakah. Ikhwah Fillah… I’malu ‘ala barakatillah Sumber
: Majalah Tarbiyah
0 Response to "Taujihat: Jangan Jadi Penonton Jadilah Pekerja"
Posting Komentar