Hari pertama, mengikuti kelas practitioner kami semua langsung
ditantang oleh sang guru, pak Rony F Ronodirdjo untuk menjadi master
dari pikiran dan perasaan masing-masing.
Semua peserta diminta menyalami temannya, sambil mengatakan: "saya adalah master dari pikiran dan perasaan saya"
Nah, katakan pada diri sendiri, Sekarang!
"Saya adalah master dari pikiran dan perasaan saya."
Apa yang terjadi?
Aduh..., lagi nggak mood nih! Pernah mengalami hal tersebut? Tergantung pada mood untuk melakukan sesuatu? Moody?
True for some people. Berlaku untuk beberapa orang, tapi tidak semua.
Tidak untuk orang-orang yang percaya bahwa pikiran dan perasaan
dikendalikan oleh diri sendiri.
Apakah kita masing-masing yang mengendalikan pikiran,perasaan dan
perilaku kita? Atau apakah kita adalah makluk ‘habit’ yang menyerahkan
semuanya pada ‘kebiasaan’ saja, termasuk membiarkan mood datang dan
pergi seenaknya?
Seninya bermain dengan sahabat baik kita, pikiran bawah sadar, adalah
saat kita tidak dengan sengaja mengisi pikiran kita dengan suatu hal,
maka ia ‘membantu’ kita dengan memberikan kita sesuatu untuk kita
pikirkan. Kadang sesuai yang kita mau, kadang sebenarnya tidak ingin
kita pikirkan. Bawah sadar tidak pernah berhenti bekerja, dan ia siap
menggantikan pikiran sadar, saat pikiran sadar kita ‘take a break’,
entah saat kita tidur atau saat kita tidak ingin memikirkan sesuatu.
Saat ia memberikan sesuatu yang tidak relevan terhadap konteks dimana
kita berada saat itu, di situlah kita berkata ‘Saya sedang tidak mood!’.
Karena yang saat itu memenuhi pikiran kita, dan yang memicu respon
perasaan atau perilaku kita, sama sekali tidak mendukung apa mungkin
seharusnya kita lakukan saat itu.
Bagi yang memang mengklaim dan yakin bahwa kita masing-masing yang
mengendalikan pikiran dan perilaku kita, sebetulnya juga mengklaim bahwa
kita yang memunculkan atau menghilangkan mood. Artinya secara sadar,
mengisikan ke pikiran, hal-hal yang relevan dengan apa yang ingin kita
lakukan, dan mendukung imajinasi, perasaan, dan perilaku di konteks
tersebut.
Anda bangun pagi-pagi, merasa bersyukur punya bisnis, punya usaha, punya
pekerjaan, sengaja memikirkan betapa nikmatnya pekerjaan Anda, betapa
menyenangkannnya mempunyai pekerjaan, rekan kerja yang menyenangkan,
klien yang membawa rejeki, dan sejenisnya, Anda pun telah dengan SENGAJA
memancing mood untuk bekerja. Anda ketika disela-sela pekerjaan punya
waktu senggang, memikirkan betapa nanti malam ingin bercengkerama dengan
keluarga, pasangan, isteri/suami. anak-anak, Anda bayangkan betapa
indahnya suasananya, lalu timbul rencana-rencana kecil untuk
melaksanakannya, maka Anda telah ciptakan mood untuk konteks itu.
Tebak
apa yang terjadi saat Anda pulang? Anda dalam mood terbaik untuk itu!
Kondisi sebaliknya,
Anda bekerja dengan bersungut-sungut, serius, dan setiap kali keluarga,
pasangan, atau anak2 Anda menelepon, Anda kesal dan menganggap mereka
mengganggu, lalu membayangkan betapa mereka tidak mengerti Anda, lalu
muncul suara2 betapa mereka hanya mengganggu, lalu ada ekstra imajinasi
betapa saat Anda pulang Anda akan benar2 keletihan karena jalanan yang
macet dan mereka sudah siap untuk mengganggu Anda, tebak apa yang
terjadi pada mood Anda saat Anda pulang? Di situlah Anda berkata, ‘Saya
sedang tidak mood!’.
Bagaimana dengan selera makan? Sedang tidak mood untuk makan? Mungkin
saja ada gejolak bio kimia tertentu yang terjadi dalam tubuh Anda. Tapi
saya tidak tertarik itu, saya lebih senang untuk tahu apa yang terjadi
di kepala Anda, ketika lagi nggak mood untuk makan tersebut? Apakah anda
membayangkan tampilannya yg tidak menarik? Atau mendengar suara dari
diri anda sendiri, atau anda merasakan lidahnya pahit, atau mulutnya
terasa kering?
(Ini yang disebut starategi. Strategi tidak nafsu makan)
Strategi Anda untuk menghilangkan mood makan Anda tersebut bisa
bermanfaat sekali untuk beberapa orang yang ingin mengurangi MENGURANGI
BERAT BADAN! Perhatikan saja urutan atau sekuens atau pola perilaku Anda
sehingga Anda berakhir dengan ‘tidak mood’. Yang pasti bukan
membayangkan betapa nikmatnya setiap makanan, betapa harumnya makanan
tersebut, betapa rasanya membuat Anda terbang, dan sejenisnya. Karena
yang terakhir ini akan meningkatkan selera makan anda. Persis seperti
seorang pekerja menjelang pukul 12 siang. Saat ia menanti-nanti bel
makan siang dengan berbagai bayangan makanan yang lezat, perutnya
berbunyi, air liurnya mengalir. Ia dalam mood yang luar biasa! Tapi
kalau ia tahu hanya akan menemukan makanan yang tidak sesuai seleranya,
maka bayangannya pun akan berbeda. Pikirannya pun terisi berbagai hal
yang menolak makanan tersebut. Perutnya tidak bereaksi dengan semangat,
dan mulutnya pun kering. Dengan berat ia berangkat makan, dan saat ada
temannya bertanya mengenai kondisinya, ia menjawab langsung, ‘Saya lagi
tidak mood!’.
Ini sama persis dengan apa yang pernah dituliskan mengenai ‘Bahagia
tanpa alasan’. Kebahagiaan pikiran dan tubuh kita, tidak perlu
tergantung dari apakah ada alasan untuk bahagia atau tidak. Tapi lebih
ke bagaimana kita memproses kebahagiaan di dalam otak kita. Bagaimana
STRATEGI BAHAGIA kita? Anda pasti tahu, ada strategi bahagia, ada
stategi sedih.
Bayangkan dengan jelas anak anda yang masih kecil, yang sedang
lucu-lucunya...bagaimana dia tertawa...bercanda..~Apa yang muncul
dipikiran anda, apa yang anda rasakan?
Mood pun sama persis. Kita bisa memancing mood dengan berbagai imajinasi dan hal-hal relevan yang kita isikan ke kepala kita.
Ingin mood makan, maka isikan berbagai imajinasi, gambar2, kata-kata
tentang betapa lezatnya makanan. Ingin mood bekerja dengan semangat,
maka isikan pikiran kita dengan berbagai imajinasi, hal-hal, kata-kata,
mengenai betapa nikmatnya pekerjaan, orang-orang yg anda cintai dirumah,
perbesar GOAL anda.., buat gambarnya jelas, berwarna,
bergerak..dekat...bagaimana rasanya kalau goal itu SUDAH TERCAPAI?
Ingin mood bercinta? Anda sudah tahu apa yang biasa Anda isikan ke pikiran saat ingin bercinta, bukan?
Jadi, PILIHAN-nya adalah membiarkan ‘mood swing’ dan mood Anda yang
menentukan, atau Anda yang ‘swing the mood’ dan Anda yang mengkreasikan
mood tersebut!
Dan ingat, ini bukan soal kesempurnaan untuk selalu pada mood terbaik. Ini soal berada pada mood terbaik ‘lebih sering’.
Itu artinya anda menjadi MASTER dari PIKIRAN dan PERASAAN anda!
Semoga bermanfaat.
Have a BAROKAH live!
Home » artikel »
menjadi master dari pikiran dan perasaan »
motivasi
» Menjadi Master Dari Pikiran Dan Perasaan Sendiri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Menjadi Master Dari Pikiran Dan Perasaan Sendiri"
Posting Komentar