“Sesungguhnya Allah telah menciptakan tanganmu
untuk bekerja. Jika kamu tidak mendapati suatu pekerjaan untuk urusan ketaatan,
maka ia akan mencari beberapa pekerjaan untuk urusan maksiat”
Produktif
adalah kemampuan menghasilkan produk yang bermanfaat bagi diri sendiri, maupun
orang lain. Ketika Nabi SAW ditanya, siapa mukmin yang paling baik, beliau
menjawab: ”Yang paling bermanfaat bagi sekitarnya (Naafi’un, Lighoirihi)”.
Produktifitas, kini menjadi tuntutan bagi setiap muslim. Dakwah Islam akan
menang, kalimahnya akan tegak di bumi jika dilakukan oleh para da’i yang
produktif hidupnya.
Hakikat
Bekerja
Al
’Amal Huwal Asas!, begitu ungkapan hikmah. Bekerja akan berbicara lebih keras
dari perkataan (Action Speaks Loder Than Words). Kontribusi lebih berarti
daripada mencaci. Produktifitas melakukan proses kerja dan usaha. Bekerja
berarti malakukan suatu amal, berbuat dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat
bagi dirinya, orang lain maupun bagi agama, bangsa dan negara.
Islam sangat menghargai dan memulyakan kerja. Orang yang berkerja menghidupi dirinya, keluarganya , bahkan demi kesejahteraan masyarakatnya, di mata Allah jauh lebih utama ketimbang seorang ’abid yang mengabaikan kerja. Sikap malas adalah aib bagi manusia dan itulah yang kelak menjadi sebab kemerosotannya. Allah berfirman: ”Jika kamu selesai menunaikan shalat, maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah sebagian karunia Allah” (QS. Al Jumu’ah:10)
Nabi pun bersabda:”Orang yang bekerja keras demi keluarganya adalah seperti orang yang berjuang di jalan Allah azza wa jalla” (HR.Tabrani, Baihaqi dan Ahmad)
Dari dalil-dalil di atas, terlihat bahwa Islam adalah agama yang sangat menekankan aspek amal dan etos kerja positif. Bekerja berarti memberikan pengaruh besar bagi kemajuan dan perkembangan. Bekerja adalah satu-satunya sarana untuk menundukkan kekuatan alam dan memanfaatkannya sebaik mungkin demi kesejahteraan umat.
Orang-orang
besar dalam Islam bekerja dengan baik . Tak satupun nabi yang diutus di dunia
ini yang tidak bekerja. Nabi Muhammad menggembalakan kambing, berdagang. Nabi
Daud seorang pandai besi, Nabi Adam bercocok tanam, Nabi Nuh tukang kayu, Nabi
Idris penjahit, dan Nabi Musa penggembala. Sebelum menjadi khalifah, Abu Bakar
terbiasa pergi ke pasar untuk berdagang pakaian. Umar bin Khattab terbiasa
mengangkut air dengan girbah untuk kepentingan keluarganya. Fatimah, anak Nabi,
sering memutar batu penggiling hingga tangannya berbekas atau mengambil air
dengan girbah hingga pundaknya luka. Imam Malik aktif berdagang, sedangkan Imam
Ahmad bin Hambal sibuk menasakh, meneliti dan menyusun kitab-kitab. Imam Ahmad
bin Umar, penyusun kitab tentang pajak tanah berprofesi ”penambal sepatu”. Ia
menyelesaikan kitab di sela-sela kesibukannya sebagai penambal sepatu.
Bekerja
dunia akhirat
”Dialah
Allah yang menjadikan kematian dan kehidupan, supaya Dia menguji kamu, siapa
diantara kamu yang lebih baik pekerjaannya.” (QS.Al Mulk:2)
Allah menciptakan mati dan hidup untuk menguji manusia, siapa yang terbaik pekerjaannya selama di dunia. Memahami hakikat mati dan hidup adalah penting, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mengisi kehidupan dunia dan akhirat kelak. Meninggalkan salah satunya hanya akan membawa bencana. Allah menekankan manusia agar memperhatikan dan menghargai kehidupan dunianya, di samping kehidupan akhirat yang memang seharusnya lebih dominan.
Allah menciptakan mati dan hidup untuk menguji manusia, siapa yang terbaik pekerjaannya selama di dunia. Memahami hakikat mati dan hidup adalah penting, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mengisi kehidupan dunia dan akhirat kelak. Meninggalkan salah satunya hanya akan membawa bencana. Allah menekankan manusia agar memperhatikan dan menghargai kehidupan dunianya, di samping kehidupan akhirat yang memang seharusnya lebih dominan.
”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan jangan kami lupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi..” (QS.Al Qashas:77)
”Yang
terbaik di antaramu bukanlah orang yang meninggalkan akhirat demi dunianya, dan
yang meninggalkan dunianya demi akhiratnya, dan dia tidak menyusahkan manusia”
(Al Hadist al Khatib dari Anas)
Syarat-syarat
Produktifitas
Produktifitas
dalam kehidupan umat Islam tentu saja tidak akan terwujud begitu saja. Berikut
ini beberapa aspek yang dapat dilakukan dalam bekerja, antara lain:
1. Setiap muslim hendaknya selalu meningkatkan kualitas dirinya.
Jadilah manusia pembelajar! Karena hanya dengan belajar, setiap pribadi dapat meningkat kualitas dirinya, tumbuh dan berkembang, baik dari segi akal, ruhani maupun jasad. Aktifitas belajar dilakukan agar manusia secara alamiah berproses menjadi lebih dewasa dan berkualitas dalam menghadapi dan menilai kehidupannya.
Produktifitas sejalan dengan kualitas. Berkualitas berarti memiliki kemampuan. Setidaknya ada tiga hal yang berkaitan dengan kemampuan; yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan keterampilan (skill). Meningkatkan kualits diri adalah selalu belajar mematangkan ketiga hal tersebut.
2.
Setiap muslim hendaknya me-menej waktu dengan baik
Asy-Syahid Hasan Al Banna mengatakan, ”Waktu adalah kehidupan”. Hasan Al Basri menasehato ”Sesungguhnya kamu adalah himpunan hari-hari. Setiap hati milikmu pergi, berarti pergilah sebagian dirimu. Waktu berjalan dan mustahil kembali. Kita harus memanfaatkannya sebaik mungkin, karena menyiakannya termasuk tindakan jahil. Rasulullah SAW bersabda: ”Dua macam nikmat dari beberapa nikmat Allah yang banyak menipu manusia adalah nikmat kesehatan dan kekosongan (kesenggangan)” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas).
Asy-Syahid Hasan Al Banna mengatakan, ”Waktu adalah kehidupan”. Hasan Al Basri menasehato ”Sesungguhnya kamu adalah himpunan hari-hari. Setiap hati milikmu pergi, berarti pergilah sebagian dirimu. Waktu berjalan dan mustahil kembali. Kita harus memanfaatkannya sebaik mungkin, karena menyiakannya termasuk tindakan jahil. Rasulullah SAW bersabda: ”Dua macam nikmat dari beberapa nikmat Allah yang banyak menipu manusia adalah nikmat kesehatan dan kekosongan (kesenggangan)” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas).
3.
Bertawkakal Hanya kepada Allah
Tawakkal
kepada Allah saat bekerja penting untuk membangun produktifitas. Tawakkal
adalah bersandar kepada Allah, mengaitkan hati pada-Nya, memperhitungkan
sebab-musabab dan menyerahkan hasil akhir kepada Allah semata. Konsep tawakkal
dapat mendorong manusia menyisingkan lengan baju. Bersungguh-sungguh dalam
berkiprah dan bekerja seraya mengharapkan hasil maksimal dari usaha yang telah
dia korbankan, bukannya menanti takdir dari langit tanpa berusaha yang
akibatnya mendorong manusia ke kemalasan dan kehancuran hidup. Nabi SAW
bersabda: ”Upayakan dahulu masalahnya, lalu bertawakallah” (HR.Turmudzi)
4. Kesesuaian antara Pekerjaan dengan Kecendurangan Aktualisasi Diri
Pekerjaan akan efektif dan produktif jika dicintai bukan dipaksakan. Melakukan pekerjaan dibenci berarti melakukan ua kerja keras. Pertama mencoba mencintai pekerjaan itu, lalu melakukan pekerjaan itu sendiri. Jika seseorang yang mencitantai pekerjaannya maka dia telah mendayagunakan potensinya untuk beraktifitas, melaksanakan gagasan sekaligus mengaktualisasilkan dirinya.
5.
Tidak bekerja dalam kelelahan
Seseorang
akan bekerja dengan efektif ketika berada dalam kondisi sehat dan segar. Ada
dua macam kelelahan: kelelahan fisik dan kelelahan pikiran. Keduanya saling
berhubungan. Fisik yang terlalu lelah akan mengakibatkan emosi tidak stabil dan
membuat otak tak mampu berpikir jernih. Bekerja dalam keadaaan lelah (fisik dan
pikiran) selain mendzalimi diri sendiri juga dapat menyebabkan kejenuhan dan
menggagalkan produktifitas. Rasul bersabda: ”Sesungguhnya pada badanmu terdapat
hak-hak yang harus dipenuhi” (HR.Muslim)
6.
Memanfaatkan Teknologi
Teknologi
hadir untuk memudahkan pekerjaan. Darimanapun datangnya, ia adalah hikmah bagi
umat Islam untuk dijadikan sarana mengefisienkan dan mengefektifkan usaha.
Dengan teknologi, kerja akan jadi lebih produktif, hemat waktu dan tenaga.
Akhirnya,
hidup ini hanya sekali. Kehidupan menurut al Qur’an adalah sesuatu yang menipu
dan sekedar perhiasan di balik gemerlapnya. Akab lebih sia-sia jika tidak diisi
dengan kontribusi. Ayo berbuat, ayo bekerja. Di bumi ini tidak ada tempat sama
sekali bagia yang tidak mau bekerja dan berjuang dalam kehidupan. Wallahu a’lam
”Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu” (At Taubah:105)
”Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu” (At Taubah:105)
Sumber:
Majalah Al Izzaah No.13/Th.2, 31 Januari 2001
0 Response to "Taujih: Bagaimana Menjadi Muslim Yang Produktif"
Posting Komentar